bbj-logoBerbagi Bites Jogja

29 Okt 2025

Upaya Pengelolaan Limbah Makanan melalui Upcycling dan Circular Economy di Indonesia

Marsya Faiza Noviani

Marsya Faiza Noviani

Tanggal Publish 29 Okt 2025

Upaya Pengelolaan Limbah Makanan melalui Upcycling dan Circular Economy di Indonesia

Berkaca pada perubahan iklim dan meningkatnya krisis makanan, Indonesia menjadi salah satu negara yang dihadapkan pada masalah limbah makanan. Layaknya dua mata pisau, masih banyak masyarakat Indonesia yang kesulitan pangan. Sedangkan, tidak sedikit limbah makanan yang terbuang setiap tahunnya. Laporan Food Loss and Waste Study oleh Bappenas dan FAO memprediksi bahwa Indonesia memproduksi sekitar 23–48 juta ton limbah makanan per tahun. Hal ini menjadikan Indonesia menjadi salah satu penyumbang terbesar food waste di Asia Tenggara. 

Limbah makanan di Indonesia sudah jadi masalah besar yang cukup mengkhawatirkan. Bayangkan, sekitar 30% dari seluruh makanan yang diproduksi akhirnya terbuang begitu saja, baik karena kualitas buruk atau karena kurangnya pengelolaan yang tepat. FAO bahkan mencatat bahwa sebagian besar limbah ini berasal dari sektor ritel dan konsumen yang tidak hanya rugi secara ekonomi, tapi juga buruk untuk lingkungan. Saat makanan terbuang, emisi gas rumah kaca meningkat yang memperburuk perubahan iklim.

Dari sisi lingkungan, limbah pangan yang dibuang ke TPA menghasilkan emisi gas rumah kaca (metana) yang jauh lebih tinggi per ton dibanding CO₂. Selain itu, Indonesia masih menghadapi tantangan malnutrisi dan ketahanan pangan. Nah, di sinilah konsep upcycling dan circular economy masuk sebagai solusi jitu untuk mengatasi masalah ini dengan mengubah limbah makanan menjadi produk yang bernilai. 

Upcycling dan Circular Economy: Mengelola Limbah Makanan menjadi Produk Bernilai

Upcycling adalah upaya mengubah limbah yang biasanya dibuang menjadi produk bernilai tinggi yang bisa dipakai lagi. Indonesia sendiri mulai menerapkan upcycling di berbagai sektor yaitu makanan, kemasan, hingga energi. Sebagai contoh, kulit buah dan sayuran yang selama ini dibuang, bisa diolah jadi tepung atau suplemen yang kaya nutrisi. Bahkan sisa-sisa makanan dari restoran bisa diubah jadi produk baru yang bisa dikonsumsi lagi. Dengan cara ini, kita tidak hanya mengurangi limbah, tapi juga menciptakan produk yang berguna yang dapat berdampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.

Circular economy (ekonomi sirkular) adalah ekonomi yang mendesain ulang barang agar mencegah limbah, memaksimalkan penggunaan bahan, dan mengubah sisa bahan menjadi input baru. Pada sektor pangan, circular economy dapat menutup siklus food waste dengan memaksimalkan produksi, konsumsi, dan pengolahan limbah.

Salah satu contoh dari upcycling limbah makanan adalah kegiatan BBJ yang melakukan pengambilan makanan berlebih (surplus food) dari beberapa hotel, kafe, restoran, dan toko roti di Yogyakarta, kemudian menyalurkannya kepada mahasiswa, yayasan, atau komunitas lainnya. Hal Ini merupakan bentuk circular economy karena makanan yang “akan” menjadi limbah (dibuang) dipakai kembali untuk dikonsumsi. Konsep upcyling juga terlihat dari adanya open kitchen di mana surplus food diolah dan dimasak kembali sehingga dapat disalurkan ke orang lain.

Open kitchen Berbagi Bites Jogja (BBJ)
Open kitchen Berbagi Bites Jogja (BBJ)

Circular economy di Indonesia bisa dilihat dari sebuah penelitian tentang pengelolaan limbah organik dengan cara budidaya larva Black Soldier Fly (BSF) untuk mengubah sampah makanan menjadi pakan atau maggot serta pupuk. Penelitian ini membahas cara mengelola limbah organik dari rumah tangga dan pasar melalui budidaya larva lalat tentara hitam (BSF). Limbah organik yang sebelumnya hanya dibuang ke tempat pembuangan akhir kini diubah menjadi sumber daya yang bermanfaat, yaitu sebagai makanan bagi larva BSF. Proses ini tidak hanya mengurangi jumlah sampah yang dibuang, tetapi juga menghasilkan dua produk bernilai tinggi, yaitu larva BSF yang bisa digunakan sebagai pakan hewan ternak atau ikan, serta sisa hasil penguraian yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk organik.

Tantangan Upcyling dan Circular Economy

Implementasi circular economy pada rantai pasok pangan Indonesia mempunyai kapabilitas yang cukup besar, tetapi dalam penerapannya memerlukan dukungan pemerintah yang tinggi, harga produk yang kompetitif, dan standar kualitas yang seragam. Tantangan utama dalam upcycling makanan adalah soal kualitas dan keamanan produk yang dihasilkan. Semua proses mulai dari pengumpulan hingga pengolahan harus diawasi dengan ketat agar produk akhir aman untuk dikonsumsi. Dengan penerapan sistem pengawasan yang baik, produk dari limbah makanan bisa lebih dipercaya oleh konsumen dan memenuhi standar kualitas yang diharapkan.

Selain itu, masalah lain yang cukup menantang adalah penerimaan konsumen terhadap produk upcycled. Banyak orang yang merasa ragu tentang kualitas dan keamanan produk yang berasal dari limbah makanan. Untuk itu, edukasi dan transparansi informasi mengenai produk upcycled sangat penting untuk mengatasi rasa khawatir tersebut. Konsumen perlu tahu proses pembuatan produk tersebut, manfaatnya, dan bagaimana produk tersebut dapat aman dikonsumsi. Dengan edukasi yang tepat, diharapkan masyarakat bisa lebih terbuka dan menerima keberadaan produk-produk upcycled.

Upcycling tidak hanya baik untuk lingkungan, tapi juga bisa mendatangkan keuntungan ekonomi. Misalnya, limbah makanan yang diolah bisa menjadi bahan baku untuk produk kemasan biodegradable atau makanan baru yang lebih bernutrisi. Hal ini bisa mengurangi ketergantungan pada bahan baku baru dan mengurangi polusi plastik yang merusak alam. Selain itu, pengolahan limbah menjadi produk yang bermanfaat juga membuka peluang bisnis baru dan menciptakan lapangan kerja. Melihat tren yang ada, Indonesia memiliki banyak potensi untuk mengembangkan upcyclingdan circular economy yang dapat menjadi langkah besar dalam mencapai tujuan keberlanjutan jangka panjang.

Penulis: Marsya Faiza Noviani

Referensi

Isaac-Bamgboye, F. J., Onyeaka, H., Isaac-Bamgboye, I. T., Chukwugozie, D. C., & Afolayan, M. (2025). Upcycling technologies for food waste management: Safety, limitations, and current trends. Green Chemistry Letters and Reviews, 18(1), 2533894.

Yoğun, K., & Yıldırım, N. (2025). Research and conceptual landscape of food waste and business models in the context of the circular economy: A literature review at the intersection of SDG 2 – Zero hunger and SDG 12 – Responsible consumption and production. SDGsReview, 5(1), e04757.

Nattassha, R., Handayati, Y., Simatupang, T.M. et al. Understanding circular economy implementation in the agri-food supply chain: the case of an Indonesian organic fertiliser producer. Agric & Food Secur 9, 10 (2020). https://doi.org/10.1186/s40066-020-00264-8

Rahayu, R., Goembira, F., Jannatan, R., Utari, S. D., & Afriani, Y. (2025). Pemberdayaan Masyarakat di Kota Padang dalam Pengelolaan Sampah Organik Berbasis Sirkular Ekonomi melalui Budidaya Maggot Black Soldier Fly (BSF). Warta Pengabdian Andalas, 32(2), 159–166. https://doi.org/10.25077/jwa.32.2.159-166.2025