bbj-logoBerbagi Bites Jogja

Home > Artikel > Jejak Perilaku Konsumen dalam Limbah Pangan

Jejak Perilaku Konsumen dalam Limbah Pangan

12 Jul 2025

Ilustrasi Orang Makan dalam Jumlah yang Besar. Sumber: inquirer.net
Ilustrasi Orang Makan dalam Jumlah yang Besar. Sumber: inquirer.net

Limbah pangan merupakan hal yang menjadi masalah di seluruh penjuru dunia. Di Indonesia sendiri, sektor rumah tangga menjadi penyumbang terbesar penghasil limbah pangan. Berdasarkan data SIPSN (Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional), sektor rumah tangga menyumbangkan 40% dari total sampah. Dengan angka tersebut, setiap orang di Indonesia rata-rata menghasilkan 77 kg food waste per tahun, setara dengan lebih dari 20 juta ton secara nasional. Ironisnya, dengan banyaknya makanan yang terbuang, masih banyak penduduk Indonesia yang mengalami kelaparan dan gizi buruk. Artinya, persoalan limbah pangan tidak hanya soal teknis pengelolaan sampah, tetapi menyangkut pola konsumsi yang tidak berkelanjutan.

Kebiasaan konsumen, seperti membeli makanan berlebihan, menyimpan makanan dengan cara yang salah, hingga membuang makanan karena tampilan yang tidak sempurna, menjadi faktor utama dalam akumulasi limbah pangan. Studi menunjukkan bahwa perilaku impulsif, minimnya perencanaan konsumsi, serta ketidakpahaman terhadap masa simpan makanan adalah penyebab signifikan limbah pangan dalam lingkup rumah tangga. Ini menandakan bahwa perilaku individu punya peran besar dalam masalah limbah pangan.

Food Waste: Lebih dari Sekadar Masalah Lingkungan

Selama ini, food waste kerap kali dipandang sebagai isu lingkungan atau teknis semata. Padahal, menurut pendekatan psikologi perilaku dan gaya hidup, masalah ini sangat berkaitan dengan pola pikir, norma sosial, serta kebiasaan harian. Banyak orang terjebak dalam budaya konsumsi berlebih, terpengaruh oleh iklan atau hanya sekadar penampilan makanan yang menggugah selera.

Studi Kusumawardani, dkk. (2023) menunjukkan bahwa tingkat pendidikan di suatu keluarga berbanding terbalik dengan jumlah limbah pangan yang dihasilkan. Artinya, kesadaran dan pemahaman sangat memengaruhi cara orang mengelola makanan. Oleh karena itu, penanganan limbah pangan tidak hanya cukup melalui kebijakan atau infrastruktur saja, tetapi juga perlu edukasi terhadap pencegahan perilaku konsumtif yang akan menghasilkan jumlah limbah pangan semakin banyak.

Kebiasaan yang Mengikuti ke Setiap Piring Kita

Konsumen sering kali membeli makanan dalam jumlah melebihi kebutuhan. Kecenderungan ini dalam psikologi disebut planning fallacy. Konsumen akan memasak atau membeli makanan dalam jumlah yang sengaja dilebihkan. Menurut Aktas, dkk. (2018), perilaku ini berkaitan dengan kurangnya perencanaan belanja dan manajemen stok rumah tangga. Contoh perilakunya seperti tidak membuat daftar belanja atau mengecek kulkas sebelum membeli.

Di sisi lain, terdapat faktor budaya dan sosial yang turut memperkuat perilaku konsumsi berlebihan. Salah satu contohnya ialah menyajikan makanan dalam jumlah besar kerap diasosiasikan dengan keramahan atau status sosial. Hal ini kemudian membuat prinsip “lebih baik berlebih daripada kurang” menjadi semacam aturan tak tertulis.

Ilustrasi Makanan Pernikahan. Sumber: Pixabay
Ilustrasi Makanan Pernikahan. Sumber: Pixabay

Dilema antara Diskon dan Kebutuhan

Perilaku impulsif saat berbelanja menjadi salah satu penyumbang food waste yang signifikan dalam lingkup rumah tangga. Konsumen sering terpengaruh oleh promosi seperti diskon besar, bundling, atau tren semata. Pola ini umum dikenal sebagai fear of missing out (FOMO). Menurut Kusumawardani, dkk. (2023), perilaku impulsif adalah faktor eksternal yang memicu food waste, khususnya pada masyarakat yang mudah tergoda oleh strategi pemasaran yang agresif. Alhasil, banyak makanan dibeli tanpa benar-benar dibutuhkan dan berakhir menjadi limbah pangan.

Makanan Layak Konsumsi yang Tak Selalu Cantik

Di era visual seperti saat ini, makanan tidak hanya dinilai dari rasa, tetapi juga dari rupa. Banyak konsumen terpengaruh oleh halo effect, yaitu kecenderungan menilai kualitas suatu produk hanya dari penampilan luar saja, baik secara sadar maupun tidak. Makanan yang tampak layu, memar sedikit, atau bentuknya tidak ideal sering dianggap ‘tidak layak’. Padahal, makanan tersebut sebenarnya masih dapat dikonsumsi dengan aman.

Dalam penelitian oleh Niha, dkk. (2022), persepsi negatif terhadap makanan yang tidak sempurna secara visual menjadi faktor yang mendorong perilaku membuang makanan, bahkan ketika tidak ada alasan logis yang mendasarinya. Makanan yang tidak sesuai standar estetika pribadi mudah sekali dianggap tidak layak dan akhirnya dibuang. Maka dari itu, untuk mengurangi dampak limbah pangan, penting untuk mengubah pola pikir ini dan membiasakan diri menerima makanan dalam bentuk alaminya. Makanan tidak harus terlihat bagus dan cantik asalkan tetap layak dikonsumsi dan bergizi.

Saatnya Ubah Cara Pandang Kita!

Dari kebiasaan ambil porsi berlebihan, lapar mata saat belanja, hingga menolak makanan hanya karena tampilannya tak sempurna, semua itu adalah cerminan bagaimana pola pikir dan gaya hidup kita membentuk limbah pangan. Tanpa disadari, pilihan-pilihan kecil yang tampak sepele justru berkontribusi besar pada kerusakan lingkungan dan pemborosan sumber daya.

Volunteer Berbagi Bites Jogja dalam kegiatan food rescue
Volunteer Berbagi Bites Jogja dalam kegiatan food rescue

Kini saatnya kita berhenti melihat makanan hanya sebagai barang konsumsi, tetapi sebagai hasil jerih payah, energi, dan sumber kehidupan. Mengurangi food waste bukan sekadar tentang menyimpan makanan lebih rapi, melainkan juga tentang menjadi konsumen yang lebih sadar, bijak, dan bertanggung jawab. Karena perubahan besar tidak dimulai dari tempat sampah, tetapi dari cara kita memandang isi piring kita.

Penulis: Sheva J. Subagja

Referensi

Aktas, E., Sahin, E., Topaloglu, Z., Oledinma, A., Huda, A. K. S., Irani, Z., Sharif, A. M., van’t Wout, T., & Kamrava, M. (2018). A consumer behavioural approach to food waste. Journal of Enterprise Information Management, 31(5), 658-673. https://doi.org/10.1108/JEIM-03-2018-0051

Kusumawardani, D., Hidayati, N. A., Martina, A., Agusti, K. S., Rahmawati, Y., Amalia, Y. Y., & Ramdaniyah, N. F. (2023). Household food waste in Indonesia: Macro analysis. Polish Journal of Environmental Studies, 32(6), 5651-5658. https://doi.org/10.15244/pjoes/163157

Niha, S. S., Amaral, M. A. L., & Tisu, R. (2022). Factors influencing behavior to reducing household food waste in Indonesia. KINERJA, 26(1), 125-136. https://doi.org/10.24002/kinerja.v26i1.5493