Home > Artikel > Bayang Bayang Ironi dalam World Hunger Day
Bayang Bayang Ironi dalam World Hunger Day
28 Mei 2025

Miliaran Ton Makanan Terbuang Saat Jutaan Orang Kelaparan
Setiap tanggal 28 Mei, dunia memperingati World Hunger Day atau Hari Kelaparan Dunia. Dilansir dari worldhungerday.org, hari ini merupakan kesempatan bagi seluruh masyarakat di berbagai belahan dunia untuk mengambil bagian dalam menuntaskan masalah kelaparan yang ada di dunia. Dikutip dari situs web yang sama, pada 2022, sekitar 343 juta lebih orang dari 74 negara di dunia mengalami kesulitan akses terhadap makanan. Lebih lanjut, menurut data BPS tahun 2024, provinsi dengan persentase tertinggi warga yang mengalami kelaparan adalah Provinsi Papua Selatan, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku.
Ironisnya, di saat yang sama, dunia juga membuang sekitar 1,05 miliar ton makanan di tahun 2022 berdasarkan data UN Environment Programme. Jumlah tersebut cukup untuk memberi makan seluruh populasi kelaparan di bumi. Mengutip dari sumber yang sama, Indonesia sendiri menghasilkan 20,93 juta ton sampah makanan, terbesar di Asia Tenggara. Bahkan menempati peringkat kedua teratas di dunia.
Tak dapat dipungkiri bahwa fenomena ini sangatlah miris. Saat masih banyak orang yang berjuang keras hanya demi mendapatkan sepiring makanan, banyak pula yang tidak sadar membuang begitu banyak makanan yang seharusnya dapat menyelamatkan banyak nyawa.

Bukan soal sumber daya yang kurang, tetapi soal akses yang terbatas.
Berdasarkan informasi dari WFP USA, mengentaskan kelaparan bukanlah soal cadangan makanan yang tersedia. Setiap tahun, dunia dapat memproduksi cukup makanan untuk memberi makan seluruh orang di muka bumi. Kelaparan sendiri berakar dari sulitnya akses yang dapat terganggu oleh banyak hal, utamanya cuaca ekstrem, konflik, ketidaksetaraan gender, serta limbah makanan.
Tapi, kok bisa, ya, limbah makanan menjadi salah satu penyebab kelaparan di muka bumi? Jawabannya, karena kurang efisiennya sistem distribusi serta perilaku konsumtif. Di negara maju, makanan sering terbuang karena standar estetika. Jadi, buah atau sayur yang tampak ‘jelek’ tidak laku dijual di pasar. Lalu, pendapatan warganya yang tinggi, menjadikan orang-orang acapkali membeli makanan lebih dari yang dapat mereka konsumsi. Di negara berkembang sendiri, masalah limbah makanan umumnya karena bahan makanan hilang saat proses panen dan distribusi karena infrastruktur yang kurang memadai.
Hal-hal yang telah disebutkan di atas secara tidak langsung membuat harga pangan global naik karena suplai makanan seolah terbatas, menguras sumber daya alam (air dan tanah) yang semestinya dapat digunakan untuk produksi makanan berkualitas, serta menyumbang emisi gas rumah kaca yang mempercepat perubahan iklim—salah satu penyebab utama gagal panen dan krisis pangan di banyak wilayah di dunia.
Aksi kecil pun sangat berarti
Duh, seram juga, ya? Perilaku dan kebiasaan kecil kita bisa jadi memberikan dampak buruk yang sangat besar bagi banyak orang di dunia. Namun, jangan sedih, banyak yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dampak dari limbah makanan. Aksi ini dapat dimulai dengan membeli makanan sesuai kebutuhan, menyimpan bahan makanan dengan benar, dan mengolah ulang sisa makanan jika memungkinkan. Apabila teman-teman ingin berkontribusi lebih luas, teman-teman dapat mendonasikan makanan berlebih ke bank makanan dan mengedukasi teman atau keluarga terdekat tentang hal ini.
Sebagai bagian dari aksi nyata mengurangi limbah makanan sekaligus membantu mengatasi kelaparan, Berbagi Bites Jogja hadir sebagai perantara antara surplus makanan dan masyarakat yang membutuhkan. Melalui program food rescue dan food bank, kami memastikan bahwa makanan yang berlebih, baik dari hotel, perusahaan, maupun masyarakat umum yang tersebar di Yogyakarta, bisa sampai ke tangan-tangan yang membutuhkan.

Menciptakan dunia yang lebih baik
Pada akhirnya, Hari Kelaparan Dunia bukanlah sekadar angka dan statistik. Di antara keberlimpahan dan kekurangan, kita diajarkan tentang empati, solidaritas, serta tanggung jawab sebagai manusia. Ketika sedikit saja makanan terbuang, bukan hanya bahan pangan yang hilang, tetapi juga peluang hidup banyak orang di sana. Jadi, sudah adilkah isi piring kita?
Penulis: Sheva J. Subagja
Referensi
Badan Pusat Statistik. (n.d.). Prevalence of moderate or severe food insecurity in the population (based on the Food Insecurity Experience Scale – FIES). https://www.bps.go.id/en/statistics-table/2/MTQ3NCMy/prevalence-of-moderate-or-severe-food-insecurity-in-the-population–based-on-the-food-insecurity-experience-scale–fies-.html
INFID. (2023, October 13). Indonesia penyumbang sampah makanan terbanyak se-ASEAN. https://infid.org/en/indonesia-penyumbang-sampah-makanan-terbanyak-se-asean/
United Nations Environment Programme. (2024). Food Waste Index Report 2024. https://wedocs.unep.org/handle/20.500.11822/45230
World Food Program USA. (n.d.). Drivers of hunger. https://www.wfpusa.org/drivers-of-hunger/
World Hunger Day. (n.d.). World Hunger Day – May 28th. https://www.worldhungerday.org/