bbj-logoBerbagi Bites Jogja

5 Des 2025

PERAN MASYARAKAT DALAM MENGATASI FOOD WASTE DARI PROGRAM MBG 

Nasyawana Ladita Agustine

Nasyawana Ladita Agustine

Tanggal Publish 5 Des 2025

PERAN MASYARAKAT DALAM MENGATASI FOOD WASTE DARI PROGRAM MBG 

Persiapan menu makan bergizi gratis dalam food tray. Sumber: kabarjombang.com
Persiapan menu makan bergizi gratis dalam food tray. Sumber: kabarjombang.com

Belakangan ini, program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas pemerintah untuk meningkatkan akses pangan bergizi bagi masyarakat luas banyak mendapat sorotan. Program ini diharapkan bisa membantu pemenuhan gizi terutama bagi anak-anak dan keluarga kurang mampu, mengurangi angka stunting, sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional. Namun, dalam kenyataannya, pelaksanaan MBG berpotensi memunculkan limbah makanan dalam skala besar apabila distribusi, konsumsi, dan pengelolaan makanan tidak dilakukan secara bijak. Oleh karena itu, dibutuhkan kesadaran dan partisipasi aktif dari masyarakat, mulai dari penerima manfaat, pengelola, hingga komunitas lokal untuk memastikan makanan yang disediakan benar-benar bermanfaat, bukan menjadi beban. Melalui pengelolaan surplus dan sisa makanan, edukasi konsumsi bijak, serta kolaborasi dalam distribusi atau daur ulang program makan bergizi gratis dapat dijalankan tanpa memperbesar problema food waste

Menurut Badan Pangan Nasional (Bapanas) berdasarkan hasil kajian Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas tahun 2024 dinyatakan munculnya tantangan serius berupa potensi timbulan limbah makanan (food waste) yang bisa mencapai 1,1 hingga 1,4 juta ton per tahun. Menurut Badan Pangan Nasional (Bapanas), dari total timbulan food waste dari program makan bergizi gratis, sekitar 451.000 sampai 603.000 ton tergolong sebagai edible food waste, yaitu sisa makanan yang masih layak dikonsumsi. Sementara itu, sisanya sekitar 671.000 sampai 896.000 ton masuk kategori inedible food waste, makanan yang sudah tidak bisa dikonsumsi manusia. Meski demikian, makanan sisa ini tidak selalu sia-sia, bagian yang tidak layak dikonsumsi masih bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak, kompos, atau pupuk organik. Untuk memaksimalkan pemanfaatannya, Bapanas menekankan pentingnya penerapan prinsip ekonomi sirkular berbasis kerangka 9R (Refuse, Rethink, Reduce, Reuse, Repair, Refurbish, Remanufacture, Repurpose, Recycle) supaya sisa makanan bisa dikelola secara berkelanjutan tidak menjadi beban lingkungan maupun ekonomi. 

Penyebab MBG Berakhir Menjadi Food Waste

Meskipun program Makan Bergizi Gratis (MBG) dirancang untuk menjamin asupan gizi bagi siswa, dalam pelaksanaannya ternyata tak lepas dari tantangan serius di lapangan. Berikut beberapa faktor, mulai dari selera, distribusi, hingga pengelolaan sisa makanannya yang dapat membuat program ini berujung menyumbang food waste.

  1. Perbedaan Preferensi Makanan
    Perbedaan selera makan menjadi salah satu penyebab utama anak-anak kadang tidak menghabiskan makanan mereka. Beberapa menu dalam program MBG dinilai kurang menarik bagi sebagian siswa, misalnya sayuran, telur rebus, buah yang bertekstur lembek seperti semangka, atau makanan dengan bumbu ringan dan kadar garam rendah. Meskipun menu tersebut sehat, ketidaksukaan terhadap rasa atau teksturnya membuat banyak makanan berakhir terbuang begitu saja.
  2. Kesegaran & Distribusi Makanan
    Isu lain yang sering muncul adalah soal kesegaran makanan. Sayur dan buah menjadi jenis makanan yang paling cepat rusak tekstur, bau, atau warnanya saat waktu makan siang tiba, terutama ketika makanan sudah lama disimpan atau tidak cukup didinginkan setelah dimasak. Hal ini diperparah karena dalam skenario program, dapur penyedia harus menyiapkan 2.000–3.000 porsi makanan setiap hari dan mendistribusikannya ke banyak sekolah dalam radius sekitar lima kilometer. Produksi dalam skala besar ini membuat kebersihan, mutu, dan konsistensi tiap porsi makanan menjadi tantangan tersendiri.
  3. Sistem Pengelolaan Sisa Makanan
    Dalam hal ini, banyak sekolah belum memiliki sistem pengelolaan sisa makanan yang efektif. Sebenarnya pihak sekolah dapat bekerjasama dengan peternak lokal atau peternak maggot untuk mengubah sisa makanan menjadi pakan ternak. Namun ternyata, sisa makanan justru dibuang begitu saja sehingga menambah beban sampah di sekolah dan lingkungan sekitar.

Cara Mengatasi Food Waste dari Program MBG

Setelah memahami penyebab food waste dari program MBG, penting bagi semua elemen masyarakat untuk bersinergi dalam meminimalisir food waste dari program MBG. Berikut beberapa strategi nyata yang bisa dijalankan oleh masyarakat untuk menekan food waste melalui program makan bergizi gratis. 

  1. Edukasi Gizi dan Kesadaran Konsumsi Individu

Masyarakat harus dilibatkan dalam proses edukasi untuk memahami nilai gizi, menghargai makanan, dan menyadari bahwa makanan tidak boleh dianggap enteng. Pendekatan partisipatif ini membantu mengurangi perilaku boros dan mendorong konsumsi bijak. Di lingkungan sekolah atau dapur kolektif, penting dilakukan sosialisasi supaya penerima MBG dan pengelola memiliki kesadaran yang sama untuk menghabiskan makanan, tidak membuang secara sembarangan, dan menghormati nilai makanan sebagai kebutuhan dasar. Siswa diberikan edukasi dan motivasi melalui video edukasi atau reward (seperti stiker pencapaian) untuk mendorong mereka tidak menyisakan makanan.

  1. Kolaborasi dan Inovasi Komunitas dengan Pemerintah atau Organisasi Sosial

Untuk memastikan MBG berhasil sekaligus tidak memunculkan masalah food waste, kolaborasi antara pemerintah, sekolah, komunitas lokal, dan organisasi sosial menjadi sangat penting. Keterlibatan berbagai pihak dapat memudahkan pengawasan, distribusi ulang surplus, edukasi, dan pengelolaan limbah.

  • Bank makanan dan redistribusi makanan berlebih: komunitas dapat bekerja sama dengan sekolah, dapur umum, dan lembaga sosial untuk mendistribusikan makanan berlebih kepada yang membutuhkan, sehingga makanan tidak terbuang sia-sia. Model seperti ini sudah banyak diterapkan dalam gerakan “food rescue” atau “food sharing” di berbagai kota. Sistem distribusi surplus ini tidak hanya membantu mencegah limbah, tetapi juga memperluas manfaat sosial.
  • Pengelolaan sisa makanan yang sudah tidak layak konsumsi menjadi kompos (untuk inedible food waste) melalui pelatihan dan workshop, sesuai komitmen pemerintah dalam menekan food loss dan food waste.
  1. Pengelolaan Sisa & Limbah Makanan Secara Berkelanjutan

Limbah dapur atau sisa makanan yang tidak bisa dikonsumsi lagi (misalnya kulit sayur, tulang, bagian yang rusak) sebaiknya dikelola dengan baik, dapat diolah menjadi kompos, pakan ternak, atau bioenergi. Ini bagian dari prinsip ekonomi sirkular, yaitu mengubah limbah menjadi nilai guna bagi lingkungan.

  1. Menumbuhkan Kultur Menghargai Makanan

Penting untuk menanamkan nilai bahwa makanan adalah hak sekaligus tanggung jawab. Bukan hanya dikonsumsi, melainkan juga dihargai dan dimanfaatkan sebaik mungkin. Misalnya, dengan mendorong masyarakat dan penerima MBG untuk mengambil makanan sesuai kebutuhan, tidak berlebihan, dan menghabiskan makanan. Jika ini menjadi norma sosial, baik di rumah, sekolah, maupun komunitas, maka potensi food waste dapat ditekan secara signifikan, sekaligus memperkuat kepedulian lingkungan dan solidaritas sosial.

  1. Evaluasi Berkala

Perlu adanya sistem kontrol kualitas (QC) dan mekanisme pelaporan berkala (misalnya, setiap 2 minggu) untuk memantau bahan baku, makanan yang didistribusikan, dan evaluasi sisa makanan di sekolah, guna mengidentifikasi menu atau porsi yang sering tersisa dan segera mengganti menu tersebut supaya lebih diminati.

Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut, masyarakat dan pelaksana program MBG dapat memperoleh berbagai manfaat, antara lain:

  • Mengurangi limbah makanan dengan mendaur ulang atau mendistribusikan surplus maupun sisa makanan.
  • Meningkatkan ketahanan pangan dan gizi melalui makanan bergizi dari MBG yang bisa menjangkau lebih banyak orang, terutama yang membutuhkan.
  • Mengurangi tekanan terhadap lingkungan karena pengelolaan organik yang bijak dapat mengurangi sampah, mengurangi emisi, dan menghemat sumber daya.
  • Memperkuat solidaritas sosial dan rasa kemanusiaan yang tinggi karena berbagi makanan bermakna memberi harapan dan dukungan bagi mereka yang membutuhkan.

Program Makan Bergizi Gratis (MBG) pada dasarnya memiliki potensi besar untuk menjamin asupan gizi, memperkuat ketahanan pangan, dan meratakan akses pangan sehat bagi masyarakat luas. Namun, tanpa kesadaran bersama dan pengelolaan yang tepat, program ini malah berisiko menciptakan food waste dalam skala besar. Oleh karena itu, masyarakat, termasuk penerima manfaat, komunitas lokal, dan penyelenggara program MBG memiliki peran penting untuk memastikan bahwa program makan bergizi gratis benar-benar dimanfaatkan secara bijak. Dengan komitmen menjalankan langkah sederhana namun konsisten seperti pendistribusian surplus makanan, edukasi konsumsi, pengelolaan limbah, serta membangun kebiasaan menghargai makanan, MBG dapat menjadi solusi tidak hanya untuk meningkatkan gizi dan pemerataan pangan, tetapi juga untuk keberlanjutan lingkungan dan sosial. 

Sumber:

Komara, C. P., Pitriani, S., Silvya Sari, D., & Yulianti, D. (2025). Program Makan Bergizi Gratis di Tengah Krisis Food Waste. E-SOSPOL, 12(2), 379–391. https://doi.org/10.19184/e-sospol.v12i2.53789 

Panggabean, R., Simamora, H., Xandya, P., Lipu, B., & Prima, L. (2025). Mengoptimalkan pemenuhan gizi anak dan mencegah sampah pangan dari program makan bergizi gratis. WRI Indonesia. Diakses tanggal [28 November 2025], dari https://wri-indonesia.org/id/wawasan/mengoptimalkan-pemenuhan-gizi-anak-dan-mencegah-sampah-pangan-dari-program-makan-bergizi

Perkumpulan IDEA. (2025). MBG: Ledakan Food Waste, Food Circularity Jadi Jawaban. Perkumpulan IDEA. Diakses tanggal [28 November 2025], dari https://perkumpulanidea.org/2025/09/24/mbg-ledakan-food-waste-food-circularity-jadi-jawaban/

Rahamah, T. W. (2025). Food Waste Program Makan Bergizi Gratis Berpotensi Capai 1,4 Juta Ton Per Tahun, Bapanas Dorong Ekonomi Sirkular. Rubic News. Diakses tanggal [28 November 2025], dari https://www.rubicnews.com/berita/45315240696/food-waste-program-makan-bergizi-gratis-berpotensi-capai-14-juta-ton-per-tahun-bapanas-dorong-ekonomi-sirkular

Ralali.com. (2025). Mencegah Food Waste di Sekolah: Peran Food Tray dalam Mengukur Porsi Makanan MBG. Diakses tanggal [28 November 2025], dari https://www.ralali.com/blog/food-tray/mencegah-food-waste-di-sekolah-peran-food-tray-dalam-mengukur-porsi-makanan-mbg/

Sibuea, P., & Panjaitan, D. (2024). Mereduksi makanan berlebih untuk kedaulatan pangan. Jurnal Riset Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian (RETIPA), 5(1), 19–30. https://doi.org/10.54367/retipa.vi.4345